Selasa, 04 September 2012

Tips dan Strategi Memasarkan Produk Baru


Strategi Pemasaran bagi Produk Baru

Memasarkan produk baru memang tidak mudah, apalagi jika  produk tersebut belum dikenal masyarakat. Dibutuhkan modal atau biaya pemasaran yang cukup besar, serta perjuangan dan strategi pemasaran khusus agar produk tersebut mengena dihati konsumen.

Selain bagaimana caranya menarik minat konsumen, para pemula juga harus menghadapi persaingan bisnis dari pengusaha lain yang telah memasarkan produk terlebih dulu.

Hal ini menjadi tantangan yang cukup besar, bagi para pelaku usaha. Sebab untuk berhasil memasuki sebuah pasar, mereka harus memiliki strategi untuk menarik minat konsumen. Sebaiknya ciptakan produk yang memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan produk lainnya. Sehingga konsumen bisa tertarik dan mengenali produk baru yang Anda tawarkan.

Disamping menciptakan produk yang lebih unggul, masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengenalkan konsumen pada produk baru, antara lain sebagai berikut :

Lakukan riset pasar, untuk mengetahui seberapa besar potensi pasar sebuah produk. Jika hasil penelitian menunjukan hasil yang cukup positif, maka Anda tidak perlu ragu lagi untuk memasarkan produk baru tersebut. Namun bila riset menunjukan kurangnya minat dari konsumen, sebaiknya lakukan evaluasi dan berikan nilai lebih pada produk Anda. Sehingga produk tersebut mudah diterima oleh pasar.
Jeli terhadap kebutuhan konsumen. Mencoba pasar baru dengan menawarkan produk yang dibutuhkan konsumen, merupakan salah satu strategi pemasaran yang sangat ampuh untuk menarik minat konsumen. Karena dengan adanya kebutuhan tersebut, daya beli konsumen akan semakin meningkat. Termasuk daya beli terhadap produk baru yang memberikan solusi untuk masalah mereka.
Buat kegiatan promosi yang efektif. Kegiatan promosi menjadi hal yang sangat penting untuk mengenalkan produk baru, setidaknya perhatikan faktor pendukung STP (segmentation, targeting, positioning)  dan marketing mix (produk, price, place dan promotion). Ini dimaksudkan agar kegiatan promosi yang dilakukan sesuai dengan target pasar yang telah ditentukan. Strategi promosi yang dapat dilakukan antara lain menjaga kualitas produk, menawarkan harga yang bersaing, memilih lokasi usaha yang strategis, memberikan bonus atau potongan harga pada saat launching produk.
Selanjutnya berikan pelayanan yang terbaik bagi para konsumen. Karena pelayanan yang baik, menjadi salah satu faktor pendukung untuk menciptakan produk yang berkualitas. Semakin baik pelayanan yang Anda berikan, maka semakin luas pula pasar Anda. Begitu juga sebaliknya jika pelayanan yang Anda berikan buruk, konsumen pun akan begitu cepat meninggalkan produk Anda.
Strategi pemasaran bagi produk baru, juga berpengaruh besar terhadap penjualan produk. Sebab kesan pertama yang diperoleh konsumen dari sebuah produk baru, akan menentukan penilaian mereka terhadap image produk tersebut. Demikian informasi pemasaran bisnis untuk pekan ini, semoga dapat bermanfaat dan salam sukses.

Sumber gambar : http://www.eramuslim.com/fckfiles/image/dunia/sp.jpg dan http://i.okezone.com/content/2010/01/27/320/298363/amZX1v7Alc.jpg

STRATEGI SUKSES MEMASARKAN PRODUK BARU

Pada saat ini sesuai kenyataannya berkali-kali produk yang dipasarkan gagal di pasar. Terutama produk baru yang dihasilkan para pengusaha muda dan generasi penerus perusahaan kedua dan ketiga yang belum tahu persis dalam memasarkan produk baru. Masalah pelik ini membuat jatuh bangun para pengusaha dalam kegagalan. Supaya tidak gagal, maka seorang pengusaha harus mencari jalan keluar. Banyak jalan keluar yang dicoba, tetapi hasilnya tetap nihil. Hal ini pasti akan membuat pemilik produk dalam posisi keputusasaan. Supaya tidak lakukan trial & error, maka jalan keluar yang pas tentunya harus membaca buku ini, dimana buku ini berisi :
Memilih produk yang tepat untuk dipasarkan.
Trik memoles agar produk laku.
Trik mendesain kemasan yang menjual
Temukan unique selling produk sebagai penentu produk laku di pasar.
Trik menentukan harga & profit.
Mempersiapkan jaringan pelanggan & survey keuangan.
Mempersiapkan tenaga penjualan.
Mempersiapkan promosi dan tenaga promosi.
Melakukan pendampingan, training dan product knowledge tenaga pemasaran.
Menggunakan strategy pemasaran melalui strategy Multy Distributor Channel.
Dan lain-lain yang berhubungan dengan cara memasarkan produk baru.
Buku yang sudah ada di tangan anda ini sangat menarik dan penuh inspirasi, khususnya bagi para entrepreneur muda, entrepreneur senior, para profesional antara lain marketing manager, sales manager, sales supervisor maupun para awam yang sedang mau mandiri dengan berwirausaha dan dalam tahap mengembangkan produk baru. Jangan lewatkan buku ini karena ditulis mantan praktisi yang berpengalaman selama 24 tahun, dan konsultan di bidang penjualan produk baru.

Marketing Produk Baru Tanpa Budget Promosi (1)

12
FEB
Salah satu teman di milis MC-ers bertanya mengenai bagaimana memasarkan produk baru, tanpa budget marketing dan menghadapai pemimpin pasar yang sudah melakukan penetrasi pasar sangat kuat.

Pertanyaan ini mengingatkan saya pada sepenggal kehidupan saya yang pernah merintis pemasaran produk baru beberapa tahun silam. Dua kali merintis pemasaran produk baru dan ternyata menuai sukses, mendorong saya untuk membagikan sedikit ilmu ini kepada rekan-rekan marketer.

Produk Pertama yang saya pasarkan adalah pasta gigi, sebut saja merek X. Pasta gigi ini belum ada dipasaran sama sekali saat itu, harganya 2 kali lebih mahal dari market leader, perusahaan juga tidak memiliki budget promosi yang cukup untuk memperkanalkan produk ini secara luas. Namun yang membuat saya optimis untuk memasarkan, produk ini memiliki kelebihan dibanding market leader dan produk lainya. Selain cepat bersih, produk ini juga tidak banyak menimbulkan busa dan mampu mengobati gusi berdarah dan sakit gigi.

Awalnya saya tidak begitu risau dengan kondisi ini, saya pikir sama saja dengan memasarkan produk lain yang pernah saya pasarkan sebelumnya. Apalagi saya sudah banyak kenal dengan pemilik toko di salah satu kota di Jawa Timur. Dengan gaya sales kanvas pada umumnya, saya memulai langkah untuk masuk ke toko-toko dan grosir. Toko demi toko dilalui, namun sampai sore hari ternyata tidak satupun produk saya terjual. Jangankan terjual, untuk sekedar titip saja mereka tidak mau, karena yakin produk itu tidak akan laku dipasaran.

Keesokan harinya, saya mencoba merubah target pasar, dari toko dan grosir ke warung-warung kecil dipinggiran kota, dengan harapan tidak mudah terbaca oleh pemasaran langsung sang market leader.

Namun lagi-lagi warung-warung kecil inipun menolak. Disini saya baru mulai sadar, bahwa saya menghadapi tantangan yang tidak ringan. Semalaman tidak bisa tidur, berpikir bagaimana cara agar produk ini bisa laku keras.

Ide-idepun datang silih berganti, dan akhirnya sampai pada satu kesimpulan bahwa saya harus menemukan pengguna produk terlebih dahulu, baru membangun jalur distribusi.

Keesokan harinya, saya minta produk sampel dengan ukuran kecil dari kantor. Sekarang tidak ke warung-warung lagi, tapi ke rumah Pak RT, Ibu Ketua Arisan, Ketua PKK, Ketua Dharma Wanita, Ketua Pengajian dan orang-orang yang berpotensi memiliki komunitas. Disitu saya menanyakan kapan acara-acara mereka diadakan dan minta sedikit waktu untuk memperkenalkan produk saya.

Dalam waktu satu minggu, saya telah mengantongi puluhan jadwal arisan, pengajian, yasinan, selamatan dan acara lainya. Ketika waktunya telah tiba, sayapun datang dengan membawa produk sampel yang sudah disiapkan sebelumnya.

Di acara itulah, saya mulai memperkenalkan produk, menjelaskan manfaat dan kelebihan produk dibanding produk lain sejenis. Di akhir sesi, saya sempatkan membagi produk sampel ke peserta. Kata-kata terakhir saya berpesan bahwa nanti jika merasa cocok dengan produk saya, Bapak Ibu bisa membeli di warung Bu Darmi, warung terdekat yang telah saya survey sebelumnya.

Setelah itu tugas saya adalah mendatangi warung Bu Darmi dan memberitahukan bahwa saya telah merekomendasikan warga sekitar untuk membeli produk pada warung miliknya. Lalu saya titipkan produk saya sebanyak 3 pcs.

Dua hari berikutnya, saya kunjungi kembali warung Bu Darmi untuk melakukan pengecekan produk. Nah..ternyata pancingan saya mulai berhasil, produk saya laku 2 pcs, jadi tinggal 1 cs. Penempatan produk yang hanya 3 pcs ini memang sengaja. Agar meskipun terjual 1 atau 2 pcs, produk kita terlihat laku keras, karena warung tidak melihat berapa yang laku, tapi berapa yang tersisa.

Melihat produk saya yang “laku keras” ini, Bu Darmi bersedia membeli secara cash, bahka Ia minta 2 lusin sekaligus. Tapi saya tidak terpancing, saya hanya bersedia memberinya 6 pcs produk, sekali lagi ini adalah bagian dari strategi psikologis.

Ternyata hari-hari berikutnya jumlah warga sekitar Bu Darmi yang menggunakan produk saya mulai bertambah. Warung-warung yang menydiakan produk saya seperti Bu Darmi juga jumlahnya bertambah. Setelah jumlahnya semakin banyak, pembentukan jalur distribusi mulai dibutuhkan.

Langkah berikutnya adalah mendatangi toko dan grosir yang lebih besar dari warung Bu Darmi, toko dan grosir ini biasanya menjadi tempat berbelanja warung-warung kecil. Berbekal data penjualan dan data warung yang sudah menjual produk saya, akhirnya toko dan grosir itupun bersedia menyediakan produk saya.

Kemudian saya merekomendasikan toko dan grosir tersebut kepada warung-warung kecil penyedia produk saya yang biasa belanja kesitu. Distribusipun berjalan dan saya tidak lagi harus blusukan (masuk-masuk) ke acara warga atau mendatangi warung-warung kecil lagi di wilayah tersebut. Cukup mengirimkan produk ke toko dan grosir.

Tapi tidak berhenti disitu, perluasan wilayah dengan cara yang sama tetap dilakukan. Sampai teman-teman sales yang lain menjuluki saya sebagai spesialis warung pedesaan. Tapi gak apa-apa, buktinya produk tersebut mampu terserap dengan baik, sedangkan teman-teman lain yang hanya memaksakan masuk ke toko dan grosir, produknya hanya menumpuk di gudang toko dan grosir tersebut. Akibatnya tidak pernah ada repeat order.

Tugas berikutnya adalah memasukkan produk tersebut ke supermarket atau mall. Meyakinkan pihak supermarket bahwa produk ini akan laku memang tidak mudah. Tapi akhirnya dengan data penjualan, mereka menjadi percaya bahwa produk tersebut laku.

Dan ternyata produk ini memang laku di supermarket. Bagaimana tidak, jika konsumen sudah dibangun sedemikian rupa, sehingga bukan hanya sekedar kenal, tapi sudah menjadi pengguna potensial sebelumnya. Mungkin mereka adalah salah satu dari anggota arisan yang pernah saya kasih sampel produk dan telah berlangganan ditempat Bu Darmi.


Tips menjual produk baru

Anda punya produk baru? Atau ingin membuat produk baru? Maka anda harus membaca postingan kali ini..seperti kita tahu produk baru bisa menjadi pendongkrak atau menjadi batu sandungan bagi perusahaan karena produk baru bisa menjadi keunggulan kita apabila berhasil memenuhi keinginan customer. Tapi bisa juga menjadi sandungan apabila produk tersebut gagal dan hancur dalam pemasarannya, maka dari itu produk baru harus memiliki pemasaran yang bagus. Berikut tips memasarkan produk baru
1. Buatlah iklan yang bersifat viral advertiser, seperti rekomendasi dari mulut ke mulut karena efektif dalam pengenalan langsung.
2. Membuat produk anda bisa diperoleh dengan mudah. Dalam artian tidak harus gratis, tapi cukup memiliki keuntungan yang sedikit.
3. Buatlah produk anda menjadi pemenuh kepuasan dari konsumen.
4. Buatlah produk anda menjadi produk yang penuh kontroversi.
Nah dengan mengikuti beberapa tips memasarkan produk baru semoga pemasaran kalian bisa lebih efektif



Tips Cara Memasarkan Produk Baru
Bagaimana strategi/cara memasarkan produk yang dibilang baru???Memasuki era globalisasi para pengusaha di Dunia berlomba-lombamemasuki pangsa pasar yang ebih luas,tidak hanya wilayah regional semata,melainkan sudah melakukan ekspansi pasar Internasional.Tetapi banyak juga yang masih konsisten mengerucutkan target pasar hanya untuk pasar lokal.


Dalam dunia "dagang" mungkin perluasan target pasar yang lebih besar adalah menjadi salah satu tujuan .Dalam hal ini memerlukan strategi dan pengalaman yang matang,mengingat semakin banyaknya kompetitor yang berpengalaman dan handal.

Kompetitor/pesaing dalam dunia dagang merupakan hal yang biasa,namun akan menjadi luar biasa jika mampu minimal bertahan mengingat ketatnya persaingan yang terjadi antara pengusaha yang satu dengan pengusaha yang lain.

Nah..........itulah sedikit basa-basi tentang dunia dagang.Mengenai strategi/cara memasarkan produk baru,langsung saja disini akan menjelaskan langkah-langkahnya,antara lain :

1.Menentukan target pasar dan pangsa pasar

2.Menentukan harga produk

3.Gencar melakukan promosi baik offline maupun online

4.Untuk mendongkrak omset penjualan,mungkin bisa melakukan strategi seperti pemberian diskon/undian berhadiah/hadiah langsung

Akhirnya,itulah mungkin sedikit tips dan solusi yang bisa penulis bagi untuk sobat.Semoga tips ini bermanfaat..........................Djangan toenda sampai besok apa jang bisa kamoe lakoekan hari ini.


Strategi distribusi produk baru

Oleh Yadi Budhisetiawan (pernah dimuat di majalah Marketing)

Strategi distribusi untuk produk baru harus dan wajib hukumnya dibedakan dengan strategi distribusi produk mapan atau produk yang sudah lama dikenal konsumen.

Para marketing director atau marketing manager jarang meluangkan waktu dan pemikiran yang cukup guna merancang dan merumuskan strategi distribusi produk baru. Di lain pihak, distributor juga nyaris tidak pernah merancang apalagi menyusun strategi distribusi produk baru. Alasannya, hal itu sudah seyogianya dilakukan oleh prinsipal/produsen.

Alhasil, apabila mereka tidak menerima penjelasan strategi tersebut dari para prinsipal (marketing / product / brand manager), maka para distributor akan beranggapan bahwa cara yang sama, pola yang serupa seperti yang saat ini sudah diterapkan adalah strategi distribusi yang dipakai.


Inilah yang menyebabkan kenapa hanya 1 dari 7 produk baru yang diluncurkan bisa menuai sukses. Sisanya (86%), gagal. Sebuah probabilitas resiko gagal yang amat tinggi!

Perlu diketahui, strategi distribusi untuk produk baru harus dan hukumnya wajib untuk dibedakan dengan strategi distribusi produk mapan atau produk yang sudah lama dikenal konsumen. Sama seperti penanganan bayi atau balita yang dibedakan dengan penanganan ABG maupun seseorang yang sudah dewasa. Ini merupakan salah satu kesalahan fatal yang kerap dilakukan oleh para pemasar. Tak terkecuali mereka yang sudah berpengalaman.

Seperti dipahami, strategi distribusi sesungguhnya memiliki 8 komponen dasar yang meliputi Sistem Penjualan & Distribusi, Mitra Distributor, Selling In, Selling Through, Spreading, Coverage, Penetration dan Network.

Dan, pada tahap yang paling awal, ‘tantangan’ yang dihadapi adalah pemilihan sistem penjualan dan distribusi. Misal, apakah memilih sistem langsung dimana minimal 70% dari semua penjualan dilakukan oleh sales force milik perusahaan / anak perusahaan/perusahaan afiliasi atau menggunakan sistem tidak langsung dengan catatan minimal 70% dari penjualan diperoleh dari distributor eksternal.

Di luar itu, masih ada sistem lain. Yaitu, hybrid alias kombinasi. Pada kombinasi ini, antara 30-70% dari sumber penjualan didapat dari perusahaan milik sendiri/terafliasi atau perusahaan distributor.

Yang kedua, harus ditetapkan pula apakah produk baru tersebut akan dijual via distributor yang sudah menangani produk korporat saat ini atau justru memilih distributor lain.

Seperti disadari bersama, penetapan mitra distributor sendiri bisa berdasarkan 1 National Sole Distributor atau 8-33 Regional Distributor terbaik / propinsi ataupun 34-150 Area Distributor terbaik / 1-4 kabupaten.

Pertimbangan lain bisa juga berupa eksklusif secara teritorial (namun mix dalam channel) atau eksklusif dalam channel (akan tetapi mix dalam areal) maupun eksklusif secara product items / channel dan area mix.

Ketiga adalah opsi antara strategi selling in dengan menggunakan Top Down Strategy (dari grosir besar hingga menetes sendiri ke pengecer kecil) atau Bottom Up Strategy (dari outlet arus bawah naik ke grosir kecil / semi grosir / star outlet / agen hingga ke grosir besar).

Di samping itu, ketiga strategi Selling In tadi bisa juga berlandaskan Stand Alone (sendiri / mandiri 1 produk baru ) atau Product Add On (pendampingan / ditempelkan dengan produk yang sudah mapan di pasar) atau Promo Integrated (pendampingan / penambahan tidak saja kepada produk mapan, namun juga dari unsur promosi harga dan promosi dagang lainnya).

Selanjutnya, strategi Selling Through yang melihat endapan produk di outlet. Misal, berapa lama harus terjadi perputaran barang. Hal ini sangat tergantung kepada siklus kunjungan salesman. Contoh, jika diasumsikan siklus kunjungan salesman adalah 2 minggu 1x, maka dalam tempo 4 bulan setelah peluncuran produk baru, pelanggan sudah harus pesan ulang (repeat order) minimum 7x.

Perhitungannya adalah minimal 55% x (jumlah minggu dalam 1 periode yang dipantau dibagi jumlah minggu dalam 1 siklus kunjungan dikurangi kunjungan efektif pertama) dengan perhitungan pembulatan terdekat. Itu berarti, 55% x 13 minggu/2 minggu per 1 siklus kunjungan – 1 ) = 55% x 6,5 – 1 = 55% x 5,5 = 3x repeat order dalam 4 bulan dengan asumsi siklus kunjungan 2 minggu 1x.

Artinya, apabila produk baru tersebut baru 1 atau 2x repeat order pembelian, itu berarti produk tersebut memiliki potensi gagal yang tinggi. Dan, periode pemantauan atas frequency order (bukan nilai Rp atau unit order) paling singkat dilakukan dalam 3 bulan dan paling lama dalam 12 bulan.

Oleh karenanya, agar probabilitas keberhasilan produk baru meningkat maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan seksama. Pertama, menggunakan sistem distribusi dan penjualan hybrid/kombinasi.

Kedua, menggunakan multi distributor terbaik di tingkat propinsi (2-3 distributor 1 propinsi) yang eksklusif atau dibedakan dengan product items yang sudah ada di pasar saat ini, secara channel / trade atau product items.

Selebihnya, selling in dengan strategi Bottom Up dengan Promotion Integrated (menggandeng produk lain, merchandising/POS, harga khusus dan promosi ke pedagang secara khusus).

Terakhir, strategi sell through berdasarkan pendekatan Frequency Sales Order atau jumlah repeat order dalam 6 bulan secara konservatif – berarti, siklus kunjungan salesman tercepat 2 minggu 1x dan kunjungan terlama adalah 1 bulan 1x.


 
Atas